Expression of Hearts

Baca Sebelumnya

Sungguh aku tak pernah menyangka bahwa emosimu tak bisa kamu kendalikan. Haruskah aku terluka, hanya untuk membuatmu percaya? Haruskah aku terluka, hanya untuk membiarkanmu menyadari betapa berharganya aku? Haruskah aku terluka, hanya untuk meredam agar ini tak menjadi lebih rumit? Aku diam bukan berarti aku merasa bersalah atau membenarkan semua curigamu, tapi aku diam karna aku menyadari hubungan kita jauh lebih berharga daripada sebuah pertengkaran yang seharusnya tak perlu terjadi diantara kita. Aku menangis bukan karna aku ingin terlihat lemah dihadapanmu, tapi aku menangis karna aku tak sanggup lagi berpura-pura kuat didepanmu.

Apa aku tak pernah terlihat nyata olehmu, hingga kamu perlakukanku seperti ini? Apa kamu pernah mengerti apa yang aku rasakan saat emosimu tak kau jaga? Sadarkah kamu bahwa perubahan sikapmu ini hanya membuat hubungan kita berselimut mendung. Harusnya cinta bisa membuatmu mempercayaiku seperti halnya aku mempercayaimu, bukan mencurigaiku seperti ini. Harusnya kamu tau, ahh kamu sebenarnya tau bahwa aku tak akan melakukan hal yang bisa membahayakan hubungan kita. Hanya saja kamu menyangkal semua itu dan lebih mempercayai curigamu saja. Lalu harus bagaimana lagi untuk membuatmu percaya kepadaku? Apa semua yang telah aku lakukan tak pernah kamu pedulikan dan tak cukup untuk membuatmu percaya?

Aku belajar tegar dari apa yang kamu yang telah kamu lakukan kepadaku. Aku belajar bersabar dari semua kecurigaanmu kepadaku. Aku belajar menjadi kuat saat sikapmu terlalu menyakitkan bagiku. Ketika air mata tak sanggup aku hindari, maka itulah air mata untukmu, olehmu dan karenamu. Tapi anehnya hanya kamu pulalah yang bisa menghapus air mata itu dan mengubahnya menjadi senyuman kembali. Mungkin banyak orang mengatakan aku bodoh. Ya aku memang terlalu bodoh meletakkan kamu didalam hatiku. Tapi hatiku telah memilihmu untuk mengisi didalamya hingga aku tak punya kuasa untuk menolak.

Aku tulus mencintaimu, dan hanya ketulusan inilah yang membuatku tak pernah menyerah untuk memperjuangkan cinta dan perasaanku kepadamu. Sampai saat ini pun aku masih sabar menunggumu, bertahan untuk slalu disampingmu, tetap percaya bahwa kamu akan berubah demi kita. Demi hubungan kita. Tapi jika nantinya aku menyerah itu bukan berarti aku berhenti mencintaimu tapi mungkin aku sudah terlalu lelah untuk menunggumu kembali mencintaiku seperti saat awal kamu menjadi malaikat pelindungku dulu. My guardian angel.

Tidak semua cinta perlu pemahaman

Jika hati telah memilih, maka logika tak kuasa menolak

Just Little Story I’ve heard

1305181923

Aku mulai berbicara dengan hatiku. Apakah didalam cinta harus ada yang tersakiti? Apakah cinta tidak bisa hanya berselimut bahagia? Apakah semua cinta harus berkorban demi sebuah kebahagiaan yang nyata? Semua pertanyaan itu harusnya dengan mudah aku jawab dengan panjang lebar. Bukankah aku sudah merasakan apa yang disebut orang pahit manis dalam mencinta. Tapi nyatanya semua itu sulit kujawab dan kujelaskan. Otakku tak memiliki jawaban dan hatiku tak mampu menemukan kejelasan atas pertanyaan itu. Ya, yang aku tahu hanyalah cintaku kepadamu bukanlah cinta yang bisa dipahami oleh semua orang. Bukan cinta sesaat seperti kebanyakan orang. Cintaku adalah cinta yang tulus. Tak butuh penjelasan dan tidak perlu pemahaman orang lain. Cukup kamu dan aku yang tau.

Begitu mudah dan cepat memang kita memulai cerita ini. Cerita tentang kita. Cerita antara aku dan kamu. Rasa nyaman selalu aku rasakan bila berada di sampingmu. Kamu seolah menjadi malaikat pelindung yang dikirim Tuhan untuk selalu melindungiku. Untuk selalu berada di dekatku saat aku kecewa pada dunia. Untuk selalu memelukku dengan hangat saat semua masalah seolah bersekongkol untuk menjepitku. Untuk selalu sigap menyiapkan pundakmu hanya untuk sekedar menjadi sandaranku, saat air mata tak lagi mampu membendung semua rasa yang tak bisa aku kendalikan. Kamu adalah guardian angel yang bisa menghempaskan semua rasa yang mencekikku hanya dengan tatapan teduhmu.

Tapi semua yang terjadi memang kadang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Aku tau bahwa dalam suatu hubungan tak akan ada yang berjalan mulus seperti jalan tol. Aku tau akan ada krikil atau batu yang akan menjadi penghalang jalan cinta. Ahh semua orang juga tau tentang itu. Tapi aku tak pernah tau bahwa cinta bisa sedemikian hebat bisa mempengaruhimu. Hingga kamu tak bisa lagi membedakan mana itu rasa cinta dan rasa cemburu yang berlebihan. Kenyataan seperti inikah yang harus kita lalui? Jika iya, mengapa kamu tak coba untuk mempercayaiku saja? Bukankah dalam suatu hubungan kepercayaanlah yang slalu diagungkan. Apa sesulit itu hanya untuk membuatmu percaya kepadaku?

- baca selanjutnya -

Banyuwangi – “Subhanaallah” itulah kata yang pertama kali terucap pada saat saya dan teman-teman MAPAS-WANGI (Mahasiswa Pecinta Alam Stikom Banyuwangi) sampai di lokasi Air Terjun Lider. Air terjun Lider sendiri berlokasi di desa Sempu, Srono sekitar 70 km dari pusat kota Banyuwangi. Air terjun yang memiliki tinggi kira-kira 70 m ini dikelilingi oleh hutan dengan air yang sangat jernih. Butuh perjuangan bagi orang seperti saya yang tergolong “bau kencur” masalah tracking untuk mencapai lokasi.

Pukul 08.00 WIB saya dan sekitar 30 teman berangkat dari tempat kami berkumpul menuju tempat Air terjun Lider. Awalnya saya pikir kami akan langsung menuju lokasi dengan sepeda motor. Tapi saya salah, ternyata sepeda motor dititipkan di sebuah bangunan milik warga. Dan kami harus berjalan 3 km menuju air terjun. 1 km masih aman, 1,5 km keringat mulai keluar, muka saya memerah (seperti udang rebus kata teman-teman) karena panas yang menyengat. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan deretan perkebunan serta hamparan sawah yang luas. Yah sedikit menjadi penghibur mata yang sehari-hari disuguhi pemandangan kota yang penuh dengan kendaraan bermotor beserta polusinya laah.

Setelah 2 km kami berhenti untuk menunggu beberapa teman yang masih dibelakang dan beristirahat tentunya. Nahh 1 km terakhir inilah petualangan dimulai. Baru awal saja kami harus menyusuri jalan setapak melingkar yang sangat kecil salah langkah sedikit akan terpeleset sekitar beberapa meter kebawah. Bayangkan saja. Setelah itu kami harus menuruni tebing yang cukup curam, lalu melewati sungai dengan arus yang lumayan deras. Disinilah kebersamaan terasa, beberapa teman laki-laki berjejer agar semua rombongan terutama kami para perempuan bisa melewati sungai tanpa terseret arus.

Cuaca sepertinya menghendaki kami untuk melanjutkan perjalanan dengan sedikit tantangan. Udara yang tadinya panas berubah menjadi mendung dan turun hujan. Namun kami tetap semangat melanjutkan petualangan. Menyusur jalan setapak, menerobos rimbunan pohon, naik dan turun tebing (meskipun tidak securam yang pertama tadi) serta menyeberang sungai itulah yang berulang kali kami harus lalui.

Sekitar pukul setengah 12 kami berhenti sebentar di bantaran sungai guna beristirahat serta mengisi perut. Dengan lauk yang sederhana kami semua makan dibawah rintiknya hujan. Bayangkan saja kami harus makan sekaligus berusaha agar rintikan hujan tidak membasahi makanan kami. Yahh walaupun tidak 100% berhasil, minimal kami tidak makan nasi berkuah air hujan lahh. Tapi semua terasa nikmat. Semua sama tanpa beda, tidak ada perlakuan istimewa, inilah kebersamaan.

Kami harus bergegas melanjutkan perjalanan agar nanti sewaktu pulang tidak terlalu sore. Dengan semangat kami kembali menyusur jalan dan menyeberang beberapa sungai. Setelah menyeberang salah satu sungai saya bertanya “itu air terjunnya?”. Salah seorang teman menjawab “Bukan itu baru anaknya, tujuan kita (Air Terjun Lider) lebih bagus dan lebih tinggi dari itu”. Saya yang tidak tau apa-apa hanya manggut-mangut saja.

Akhirnya tidak lama kemudian saya mendengar derasnya air dan setelah melewati beberapa batang pohon terlihatlah air terjun yang sangat tinggi. Yang pertama kali terucap dari bibir saya adalah “Subhanaallah” dan “Waaw” berulang kali. Inilah air terjun pertama yang pernah saya lihat secara langsung dengan mata kepala saya sendiri. Semua begitu alami, indah dan menakjubkan. Rasa lelah yang sebelumnya saya rasakan berganti dengan rasa puas. Puas karna ternyata saya bisa menginjakkan kaki di sebuah tempat yang sangat indah hasil lukisan keindahan alam ciptaan Allah yang sangat menakjubkan ini. Puas karna saya tau ternyata Banyuwangi tempat saya dilahirkan dan dibesarkan menyimpan begitu banyak potensi alam yang sangat mengagumkan.

Petualangan tracking pertama saya dengan rasa kebersamaan didalamnya menjadi pengalaman yang sangat indah dan tidak akan pernah saya lupakan.

So, Lets Go Traveling and Find Your New Experience Guys.

Baca sebelumnya

Apa kamu pernah tahu betapa hebatnya dirimu? Hingga begitu dahsyat pengaruhmu dalam hidupku selama ini. Entah sudah berapa banyak namamu tertulis dalam setiap cerita yang aku tulis. Mungkin tidak sebanyak kamu menulis namamu sendiri. Entah seberapa sering pikiran tentangmu muncul dalam ingatanku. Aku sungguh tak pernah bisa mengelak semua tentangmu. Menurutmu bagaimana rasanya menjadi orang yang slalu mendoakanmu bahagia dalam hidupmu tanpa kamu perlu memohon kepadanya? Tanpa mengharap apapun darimu. Bahkan tanpa kamu tau akan sosoknya.

Apa kamu memahami bagaimana rasanya mencintai dalam diam? Jika tidak, biarkan aku sedikit menjelaskan kepadamu agar kamu mengerti betapa tersiksanya aku dengan semua ini. ahh tidak-tidak aku sama sekali tidak tersiksa, semua seperti sudah menjadi candu yang mulai sangat akrab denganku. Kamu akan memperhatikan setiap jengkal dari orang yang kamu cintai. Hanya dengan melihat punggungnya saja sudah menimbulkan sensasi aneh yang tidak dapat dikenali oleh saraf-saraf otak sekalipun. Hanya dengan melihat senyumnya dari kejauhan sudah lebih dari cukup untuk membuyarkan pikiranmu. Membuatnya berputar tak keruan. Lalu bagaimana? Apa itu cukup untuk membuatmu mengerti?

Aku tidak akan menyalahkanmu atas apa yang aku rasakan. Sungguh kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Semua ini karena aku yang tidak memiliki daya yang amat besar untuk mengusir bayangmu yang terlalu kuat mencengkram seluruh saraf terpenting dalam otakku. Akulah yang terlalu lemah hingga membiarkanmu menguasai seluk beluk hatiku.

Kadang aku bertanya bagaimana bisa aku bisa bertahan selama ini? Delapan tahun bukan waktu yang singkat bukan? Tapi seberapa sering pertanyaan itu muncul tetap saja aku tidak pernah berhasil menemukan jawabannya. Lalu sampai kapan rasa ini bertahan begitu dalam? Karena selama ini belum ada yang benar-benar bisa menggantikan posisimu disana. Mungkin nanti sang waktu akan menghapus cinta dalam diam yang aku rasakan padamu dan menggantinya dengan sebuah cinta yang lebih indah dengan orang yang tepat.

Cintaku ini tulus. Tidak membutuhkan balasan atau pemahaman darimu. Cukup biarkan aku merindukanmu tanpa kamu perlu peduli. Biarkan semuanya menjadi sebuah memori yang tersimpan dalam sudut hati yang dalam. Biarkan aku menikmati rasa yang berbalut seluruh ikhlas didalamnya. Biarkan aku mencintaimu dalam diam.

Cinta datang tak pernah kita tau dan tak pernah kita duga

Semua terjadi begitu saja tanpa bisa mengelak

Just a Little Story of My Best Friend

1305052318

Aku tahu hampir segalanya tentangmu. Ya segalanya. Namamu, tanggal lahirmu, rumahmu hingga hal-hal kecil yang berhubungan denganmu. Semua “pernak-pernik” tentangmu mungkin sudah terlalu akrab dengan otakku hingga tanpa sadar aku meletakkanmu dalam memori otakku yang paling dalam dan tersembunyi. Hingga aku sendiri tidak mengerti bagaimana cara menyingkirkan bahkan menghapus namamu yang sudah menjadi bagian terdalam di hatiku.

Sampai detik ini saja aku masih tidak memahami mengapa hatiku memilih namamu untuk dijadikan bahan isian didalamnya. Sebenarnya apa yang istimewa dari dirimu? Kamu bukan sosok yang sempurna. Bahkan bila dibanding teman-teman yang mengitarimu saja pesonamu kalah mentereng dengan mereka. Menggelikan memang, disaat banyak yang lebih bisa dikagumi diluar sana malah sosokmulah yang berhasil masuk dalam duniaku. Bukan duniaku yang nyata melainkan dunia anganku. Masuk menerobos sela-sela hatiku yang terlajur dingin akan cinta.

Waktu terasa sangat cepat berlalu. Tanpa sadar sudah delapan tahun atau mungkin lebih. Selama itu. Ya selama itu, namun kamu tetap duduk dengan sangat tenang didalam sana. Di balut sebuah perasaan yang awalnya hanya sekedar kagum yang tidak begitu aku pedulikan, namun kemudian tanpa sadar perasaan itu semakin berkembang tanpa bisa aku kendalikan. Maka selama itu pula aku mencintaimu tanpa kamu tau akan sosokku. Benar. Kamu tidak tau sama sekali akan tentangku. Aku yang slalu berdebar dengan hanya melihatmu berjalan di ujung lorong saja. Aku yang akan terguncang hanya dengan melihatmu tersenyum walau aku tau senyuman itu bukanlah untukku. Aku yang slama ini hanya bisa menyentuhmu dalam doa. Bahkan aku yang slalu ingat tanggal ulang tahunmu dan pernah mengirimimu hadiah bila tanggal itu tiba. Aku yang bukan siapa-siapa dan tidak perlu kamu pedulikan. Sepertinya otakku telah memasang alarm yang akan berbunyi setiap tanggal itu sehingga aku akan selalu ingat walau sesibuk apapun aku pada hari itu. Walau sebanyak apa pekerjaan yang harus aku kerjakan. Aku selalu ingat dan tidak pernah terlewat sedikit pun. Ahh semua itu membuat aku semakin tidak memahami mengapa kamu? Mengapa tidak yang lain saja, yang lebih terjangkau olehku?

Ingin rasanya aku menjadi seperti mereka yang bisa dengan leluasa mengungkapkan semua yang ada di hati dengan sangat mudah, seperti layaknya mengupas kulit kacang. Ingin rasanya aku menjadi seperti mereka yang dengan mudahnya memulai percakapan denganmu. Tapi keberanianku tak cukup besar untuk menyapamu. Jemariku juga terlalu lemah untuk menjangkaumu. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Hanya bisa memendam rasa ini. Menyimpan perasaan ini sendiri. Hanya bisa menyapa bayangmu dalam anganku saja.

baca selanjutnya

Semua kenangan itu belum bisa hilang dari sel-sel otakku. Semua masih sangat jelas dengan tiap detail cerita yang tergores didalamnya. Layaknya sebuah goresan tinta pada kertas yang kosong yang tak akan sepenuhnya hilang walau kita telah berusaha untuk menghapusnya sekalipun. Ya aku telah berusaha untuk melupakan semua tentangmu dan tentang kita. Tapi sekuat apapun aku berusaha, belum juga bisa merobohkan puing kenangan yang telah kamu ukir dengan begitu indah.

Sampai detik ini aku masih menginginkan bahwa ini hanya sebuah mimpi. Mimpi yang tak mungkin menjadi nyata dalam duniaku. Aku tak ingin terbangun dan menghadapi kenyataan bahwa kamu bukan milikku lagi. Aku tak ingin tersadar dan mengetahui bahwa kamu tidak lagi berada disampingku. Kini kita telah berpisah. Hanya karena keegoisan kita masing-masing. Andai diantara kita ada yang mau mengalah saat itu, mungkin semuanya tak akan menjadi seperti sekarang ini. Andai pertengkaran itu tak pernah terjadi mungkin tak akan pernah ada kata perpisahan diantara kita.

Dan disinilah aku kini. Berada diantara semua benda mati yang mengingatkanku akan dirimu. Semua benda mati yang menyimpan semua cerita antara kamu dan aku. Semua benda mati yang tetap menemaniku walau ragamu tak lagi bersamaku. Saat aku tak bisa lagi menjangkau bayangmu, hanya benda-benda inilah yang menjadi sasaran pelukku menggantikan hangatnya pelukanmu. Saat aku tak lagi mampu menahan rindu, hanya benda-benda inilah yang mampu menopang semua rinduku terhadapmu.

Ketika otakku memerintahkan untuk menyingkirkan semua benda-benda yang mengingatkanku padamu, hatiku tak mempersilahkan begitu saja. Hatiku tak kuasa untuk melakukan semua itu. Apakah itu artinya aku masih menyimpan rasa yang teramat dalam terhadapmu? Apakah aku salah terlalu mencintai dirimu dan tak rela pada keadaan yang tlah memisahkan kita? Lalu bagaimana denganmu disana? Apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Atau kamu dengan mudah melupakan semua tentangku dan tentang kita?

Tak ada lagi kata-kata sayang yang meluncur manis dari bibirmu. Tak ada lagi senyummu yang selalu menghiasi dan mewarnai hari-hariku. Tak ada lagi candamu yang membuatku tertawa melupakan semua masalah yang membelitku. Semua tlah pergi seperti angin yang menghempaskan debu-debu. Kini semua terasa hampa saat kamu tak lagi disisiku, tak lagi menemani hari-hariku. Aku tak tau apakah besok aku masih bisa berdiri tegak ketika melihatmu tersenyum tapi senyuman itu bukan untukku. Apakah harapku terlalu tinggi menginginkanmu kembali dalam pelukku (lagi)? Menjadi alasanku tersenyum. Menjadi alasanku bersemangat untuk menghadapi hari esok. Apakah terlalu sulit untukmu menjadikan semua itu kembali nyata?

Entah harus berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk melupakanmu. Entah harus sampai kapan aku terpenjara sendiri merasakan kesepian tak berujung ini. Jika memang kita tak bisa kembali seperti saat bahagia kita dulu, berikan aku waktu untuk merelakan semua yang tlah terjadi diantara kita. Jika memang aku harus merelakanmu pergi, kuatkan aku untuk menerima semua kenyataan menyakitkan ini.

Tidak semua cerita cinta berakhir bahagia

Ketika perpisahan menjadi jawaban maka kenyataanlah yang berbicara

130615172

Baca Sebelumnya, Another Story from Alas Purwo - part 2

Tepat pukul 13.30 semua dibangunkan. Waktunya makan siang. Setiap kali waktu makan kami harus antre layaknya pembagian sembako. Budaya antre memang harus dijunjung tinggi supaya semua terjamin kelangsungan hidup dan perutnya. Dan thanks to ibu giras yang sudah rela tidak buka warung hanya untuk ikut ke Alas Purwo dan memasak untuk kita semua.

Its Gotri Time. Perut terisi dan sekarang waktunya memanjakan mata. Gotri we’re coming. Harus berjalan sekitar 2 km untuk sampai kesana dari lokasi perkemahan kami. Kalau saya sendirian kesini pasti “kesasar” (tersesat) karena lokasi pantai tertutup pohon-pohon. Melewati beberapa pohon dan sama sekali tidak mengecewakan tidak kalah dengan pantai yang sebelumnya. Dan benar lebih indah dengan pasir yang lebih halus dan pemandangan laut biru terhampar luas. Dengan tebing disebelah kanan dan daratan hijau yang menjorok sedikit ke arah pantai di sebelah kiri. Bak lukisan alam dengan goresan yang sempurna. Subhanallah. “Akhirnya” dalam batin saya berucap. Akhirnya mata ini diberi kesempatan juga untuk merekam keindahan permadani alam ini. Thanks to someone who have been my photographer. Tidak terasa ternyata kami hampir 2 jam berada disana. Waktu seperti ikut menikmati dan tidak rela melepas keindahan Gotri. Kami harus kembali ke bumi perkemahan untuk persiapan acara inti nanti malam yaitu api unggun.

Persiapan api unggun hampir rampung. Tinggal gladi resik saja untuk pengenalan visi masing-masing UKM. Karna ketua dari UKM Mapas (UKM yang saya ikuti tidak ikut dalam acara ini) dan saya satu-satunya wanita yang ikut jadilah teman-teman “mendorong” saya untuk mewakili mereka. Padahal UKM lain yang mewakili ya para ketua-nya. Sedang saya? Bukan. Entah apa tujuan mereka yang pasti saya harus menghafalkan visi Mapas dalam waktu kurang dari setengah jam. Setelah makan malam yang hanya diterangi lampu center. Acara api unggun dimulai, masing-masing ketua UKM dipanggil untuk menyampaikan visi UKM masing-masing dihadapan orang tertinggi di jajaran mahasiswa yaitu Ketua BEM. Rasa gugup menguasai saya, dengan sedikit terbata-bata saya bisa menyampaikan visi Mapas. Ya walaupun jauh dari kata sempurna memang. Saya merasa mengecewakan teman-teman. “Sudah gg usah terlalu dipikir, toh udah lewat yang penting kan udah berusaha”, bisik salah seorang teman seperti tau apa yang saya rasakan. Setelah semua UKM maju dan menyampaikan visinya selanjutnya kami bersama-sama menyulut api pada tiap ujung yang telah disediakan dan api pun menyala. “Api unggun kami menyala. Api api unggun kami menyala” kami serempak bertepuk dan menyanyikan penggalan kalimat itu. Itulah api unggun kedua saya setelah dulu waktu masa MOS (Masa Orientasi Siswa) SMA. Setelah itu acara sangat santai. Setiap UKM menampilkan yel-yel yang sudah dibuat sebelumnya. Semua dengan ciri khas dan kekonyolan masing-masing. Saling melempar candaan, bernyanyi bersama-sama mulai dari lagu barat, lagu Indonesia, lagu dangdut hingga lagu lokal Banyuwangi kami lahap malam itu.

Pukul 22.00 panitia mempersilahkan kami semua untuk beristirahat. Awalnya saya berniat tidur saja tapi mata tidak mengijinkan. Akhirnya saya memutuskan keluar tenda. Ternyata banyak yang tidak masuk tenda untuk beristirahat. Ada yang melanjutkan bernyanyi-nyanyi tapi dengan lingkaran yang lebih kecil, ada yang bermain kartu (ya personel yang sama dengan tadi siang), ada yang membakar ketela untuk dijadikan camilan. Dan saya sendiri bercengkrama dengan teman-teman, apa saja bisa kami tertawakan termasuk kegugupan saya sewaktu pembacaan visi tadi. Sama sekali tidak sakit hati karna saya tau mereka bukan ingin menjatuhkan saya tapi malah menghibur saya, saya pun ikut tertawa mengingat kejadian itu. Semua sangat kekeluargaan, dan inilah tujuan utama disamping pengkaderan itu sendiri. Semua membaur menjadi satu keluarga besar STIKOM Banyuwangi.

***

Selamat pagi Minggu. Inilah hari terakhir kami. Seperti kemarin, pagi ini juga diawali dengan berolahraga di pantai. Yang dilanjutkan dengan mandi dan makan. Setelah memberimakan pada cacing-cacind yang ada di perut kami melakukan semacam bincang-bincang yang diawali dengan perkenalan nama masing-masing karna ternyata masih ada yang belum mengenal satu dengan yang lain. Dilanjutkan dengan bincang-bincang mengenai pesan dan kesan selama acara, apa saja yang didpat selama mengikuti pengakaderan ini, perbaikan-perbaikan apa yang harus dilakukan untuk kemajuan BEM maupun UKM kedepannya. Semua berlangsung santai tanpa ada yang berusaha menggurui satu dengan yang lain.

Pukul 10.00 kami mulai mengemasi barang-barang dan membongkar tenda serta membersihkan area sekitar perkemahan. Membongkar itu jauh lebih gampang dan lebih cepat dibanding dengan mendirikan. Sekitar 1 jam semua sudah kembali seperti sebelum tenda kami dirikan, barang-barang dan perlengkapan sudah ditata ke dalam truk. Dan kami melakukan agenda terakhir kami yaitu upacara penutupan. Yang dilanjutkan dengan bersalaman dan berfoto bersama. Sungguh 3 hari 2 malam yang sangat mengesankan, teman baru, tempat baru, pengalaman baru dan semua yang ada disini akan saya rindukan dan tak akan pernah saya lupakan.

I hope I can go there again someday, and hope you too

31052013-02062013

The story behind the mystical of Alas Purwo

To sweet to forget

Baca Sebelumnya Another Story from Alas Purwo - part 1

Pagi yang indah. Sabtu yang cerah. Seolah menjadi tim sukses untuk semua agenda hari ini. Semua sudah bangun dan bersiap mengawali hari dengan berolahraga di pantai. Ya pantai. Saya yang selalu suka dan cinta dengan pantai sedari kemarin tidak sabar untuk menuju pantai yang letaknya di belakang kamar mandi umum. Hanya dengan menuruni beberapa anak tangga lukisan keindahan alam terbentang luas. Sejauh mata memandang hamparan pasir putih dan birunya laut menyambut mata saya. Tidak seperti pantai di daerah kota Banyuwangi yang sangat kotor dan tidak terjaga, disini sangat bersih tidak ada sampah secuil pun. Kalaupun ada pasti hanya onggokan batang kayu yang secara alami terbawa laut atau patahan dari pohon-pohon sekitar. Semua masih sangat perawan tanpa ada yang berani menyentuh dengan kerusakan dan juga kotoran. Oiyaa ada tebing yang menjulang yang baru saya lihat sewaktu berlari-lari kecil di sepanjang bibir pantai. Sungguh saya terpesona dengan pantai yang tidak saya tau namanya ini. “Jangan puas dengan yang ini, nanti kita akan ke pantai Gotri yang lebih bagus dari ini” bisik salah seorang teman. Ini saja sudah bagus, sudah jadi obat kejenuhan mata bagi saya. Bagaimana dengan pantai Gotri? Ahh pasti lebih indah pikir saya. Selama ini saya hanya mendengar saja dari beberapa teman yang pernah kesana.

***

Its time to game. Jangan berfikir kalau Pengkaderan dan LDK hanya melulu materi dengan pembahasan tentang kepemimpinan saja. Salah. Ini adalah acara yang juga bertujuan mengakrabkan satu dengan yang lain, menjalin persahabatan erat antar mahasiswa, keluarga besar STIKOM Banyuwangi. Lupakan soal senior dengan junior. Tidak peduli anak pagi atau anak malam (sebutan untuk teman-teman yang masuk kuliah malam hari) semua berkumpul dalam satu area. Untuk bersenang-senang, untuk tertawa, dan melupakan sejenak rutinitas kampus beserta tugas-tugas yang membututinya.

Tiap UKM akan berlomba dalam perlombaan konyol layaknya 17 Agustusan. Tapi itulah yang membuat semakin seru, semua berteriak saat ada kelompok peserta yang membentuk seperti ular dengan mata tertutup dan hanya 1 orang dibelakang bertugas sebagai navigator saling menabrak, jatuh tersungkur hanya untuk berebut botol aqua. Semua tertawa saat ada permainan yang mengharuskan pesertanya adu cepat berlari, memakai kerudung, memakai lipstick dan berlenggak lenggok layaknya pragawati. Dan itu bukan para wanita tapi laki-laki ! Mengingat itu semua saya tersenyum-senyum sendiri saat menulis ini.

Sesi games selesai. Semua peserta diberi waktu istirahat hingga tiba waktu makan dan setelah itu bersama-sama pergi ke pantai Gotri. Pantai yang menurut teman-teman lebih bagus dari pantai yang saya ceritakan sebelumnya. Teman-teman tenda saya memilih untuk tidur, mungkin karena kelelahan mereka bertumpuk sejak kemarin. Tapi tidak dengan saya, saya tidak terbiasa tidur di siang hari.

Melihat ada beberapa teman lelaki (atau lebih tepatnya adik angkatan) yang asik bermain kartu saya memutuskan bergabung dengan mereka. Awalnya saya tidak mengenal mereka semua sama sekali, hanya satu anak saja yang saya kenal itupun hanya sebatas kenal biasa. Banyak orang memandang kartu itu identik dengan judi lah atau apalah. Saya tidak peduli. Tohh kami hanya bermain untuk seru-seruan saja tanpa ada uang atau sejenis taruhan didalamnya. Kami hanya gerombolan anak yang tidak biasa tidur siang dan mengisi waktu dengan bermain permainan kartu. Ada hal positif yang bisa diambil dari sebuah permainan sederhana bermodal kartu ini yaitu sportifitas. Yang menang ya bisa bangga dan melanjukan permainan, tapi yang kalah harus lengser dan bersedia menerima hukuman. Dan jika kita telaah lebih dalam ada filosofi tentang kehidupan didalamnya. Dimana tidak selamanya kita berada di posisi sebagai pemenang, adakalanya kita kalah yang mengharuskan berhenti sejenak tapi kemudian ketika kita mendapat kesempatan untuk melanjutkan lagi permainan, maka kita sudah tau bagaimana caranya agar kita menjadi pemenang. Dan dari permainan kartu inilah saya jadi mengenal mereka semua, yang sebelumnya jangankan berkomunikasi kenal dan bertemu saja tidak pernah.

Baca Selanjutnya Another story from Alas Purwo - part 3

Banyuwangi-“Angker” Itu mungkin kata pertama yang terlontar dari mulut setiap orang saat ditanya mengenai Taman Nasional Alas Purwo. Alas purwo memang terkenal memiliki nilai mistik dan “kemisteriusan” alam tersendiri. Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan penalaran manusia normal disana. Banyak titik-titik “pertapaan” yang dijadikan sebagai lokasi keramat bagi para penganutnya. Tapi itu semua tidak menghalangi saya untuk ikut berpartisipasi dalam acara Pengkaderan dan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) yang diadakan oleh BEM dan UKM STIKOM Banyuwangi, kampus saya. Tohh ini acara resmi yang telah menjadi semacam “tradisi” kampus yang rutin diselenggarakan tiap tahunnya di Taman Nasional Alas Purwo ini.

Menurut rencana saya dan rombongan akan berkemah disana selama 3 hari 2 malam. Perijinan orang tua beres. Check list barang-barang yang harus dibawa rampung. Ready to go.

Pukul 08.00 kami rombongan sudah berkumpul dengan bawaan masing-masing. Ternyata ada yang lebih banyak barang bawaannya ketimbang saya. Saya pikir bawaan saya sendiri yang “lebay” sangking banyaknya. Kami semua sudah berkumpul tapi truk yang membawa kami belum juga datang. Yahh biasalah. Setengah jam kemudian truk datang dan kami pun bergegas memasukkan semua barang dan keperluan selama di Alas Purwo ke dalam truk. Setelah semua sudah masuk, truk yang menampung kami pun “tinggal landas”. And here we go.

Wilayah perkotaan terlewati dan mulai memasuki wilayah hutan. Tidak ada lagi sepeda motor ataupun mobil yang menjadi khas kota. Yang ada hanya rentetan pohon yang menjulang sangat tinggi. Perjalanan yang sesungguhnya baru dimulai. Km awal aman. Memasuki pertengahan perjalanan jangan harap bisa berdiri tegap diatas truk, lubang dimana-mana lebih tepatnya bukan lubang tapi rusak parah. Tapi justru itulah sensasinya. Tidak perlu jauh-jauh ke Dufan atau Jatim Park untuk merasakan rooler coster, cukup pergi ke Alas purwo saja. Naik truk biar lebih terasa. Jarak 7 km serasa jauh dan sangat lama. Karna truk yang kami naiki harus berjalan dengan sangat-sangat pelan.

Sekitar pukul 14.25 kami tiba di Alas Purwo. Melenceng dari jadwal yang telah ditentukan karna tadi harus singgah untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at di salah satu masjid daerah Muncar, Banyuwangi. Kedatangan kami disambut oleh rombongan monyet liar. Jangan heran disini memang habitat alami dari banyak hewan (diantaranya monyet, rusa, babi hutan dll) juga tumbuhan. Semua masih terjaga kealamiannya. Saya yang tidak pernah pergi kesana sebelumnya gemas melihat beberapa monyet yang dengan santainya berjalan di depan kami. Berlagak bak seorang model. Melihat saya yang antusias ingin mendekati salah satu monyet seorang teman langsung mengingatkan “Jangan terlalu dekat, mereka memang sudah biasa akan kehadiran manusia disini tapi tetap saja mereka itu monyet liar. Mereka mengincar barang bawaanmu dan minta makanan”. Saya dengan polos berniat memberi monyet tersebut makanan. Tapi langsung dicegah “kalau kamu ngasi makan salah satu dari monyet-monyet itu maka yang lain akan datang dan itu artinya area sekitar tenda kita tidak akan aman”. Mendengar itu saya langsung begidik membayangkan banyaknya monyet menyerbu tenda-tenda kami dan tentunya mengurung niat saya untuk memberi makan salah satu monyet tadi.

Setelah beristirahat sebentar kami bergegas mendirikan tenda karna kami berpacu dengan waktu. Mendirikan tenda ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Tidak memerlukan penghitungan rumit memang tapi butuh kerjasama yang baik. Tidak peduli dia laki-laki atau perempuan, anak orang biasa atau orang berada sekalipun, semua harus bergotong royong untuk mendirikan tenda dan memasang lampu ublik (lampu yang terbuat dari botol kaca bekas yang diberi sumbu dan diisi dengan minyak gas) untuk penerangan di depan tenda masing-masing kelompok. Jangan harapkan penerangan yang memadai layaknya di perkotaan. Disini listrik menggunakan genset yang hanya dibatasi pukul 23.00. Itupun pada area tertentu saja (kantor pengawasan, mushollah dan kamar mandi saja). Tidak mencakup area perkemahan kami.

Semua tenda sudah berdiri kokoh dan siap menampung kami semua. Setengah badan menggoda untuk rebahan tapi sisi badan yang lain tak mengijinkan. Semua anggota badan terasa lengket dan meminta dibasuh dengan air. Acara hari ini memang tidak terlalu padat hanya mendirikan tenda, isoma, upacara pembukaan pada malam harinya dan pembicaraan intern masing-masing UKM guna pembahasan program kerja dan rencana-rencana kedepannya. Setelah itu waktunya istirahat, bersiap menjalani kegiatan keesokan harinya.

Baca Selanjutnya Another story from Alas Purwo - part 2

Baca Cerita Sebelumnya

Tidak mungkin aku menerimamu sebagai kekasih. Tidak mungkin aku merebut kekasih dari seorang wanita hanya untuk aku miliki. Aku tidak akan menjadi seegois itu. Bagaimanapun aku juga seorang wanita. Aku tau bagaimana rasanya saat orang yang kita cintai berpaling ke hati yang lain. Yaa meskipun tidak pernah merasakannya secara langsung. Setidaknya aku tau dari cerita dari beberapa teman yang pernah merasakan bagaimana sakitnya itu.

Aku tau kamu kecewa. Sehingga kamu pun memilih untuk menjauh dariku dan meminta waktu untuk mengendalikan hatimu dan membuat semuanya kembali normal. Kamu tau bagaimana rasanya saat kamu meminta itu semua? Sakit ! Ya sakit. Kecewa ! itu pasti. Kamu tau kenapa? Karna perasaan “cinta” mu itu telah merubah hubungan kita slama ini. Sebuah hubungan yang membuatku begitu nyaman. Sebuah hubungan yang menurutku merasa lebih berarti.

Kamu sangat tau aku. Kamu tau bahwa aku adalah orang yang tidak suka dengan perpisahan dan hal-hal yang berbau tidak menyapa orang lain. Tapi aku tidak bisa menahanmu untuk tidak pergi. Karna aku tau aku tidak mempunyai hak untuk tetap menahanmu disini bersamaku, menemaniku. Aku akan tetap akan memberikan waktu dan ruang untukmu.

Pergilah tanpa harus mengucapkan kata perpisahan. Karna aku sangat membenci itu. Karna suatu hari nanti aku tau kamu akan kembali. Tapi setidaknya bolehkan aku merasa takut? Aku takut karena aku tau semua akan berubah. Aku takut karena semua akan terasa asing saat nanti kamu datang kembali, saat menurutmu kamu sudah bisa mengendalikan hatimu, saat kamu bisa menguasai semuanya. Ketakutanku sungguh beralasan bukan?

Dan disinilah kita sekarang, semua ketakutanku terbukti. Kamu telah kembali. Kita sudah saling bertegur sapa (lagi) tapi semuanya tak lagi sama seperti dulu. Persis seperti yang terbayang olehku, semua berubah menjadi asing dan aku tidak merasakan kehangatan yang dulu aku rasakan saat bersamamu, saat didekatmu. Cintamu terhadapku telah melunturkan kehangatan itu. Kini aku mengerti bahwa cinta seorang lelaki terhadap perempuan (atau sebaliknya) sedemikian hebat hingga berhasil mengubah kasih akan sebuah persahabatan menjadi hambar. Apa kau juga merasakan hal yang sama?

Kini aku merasa kamu tidak lagi memberiku keleluasaan kenyamanan. Semua jadi dingin. Mungkin ini salahku. Mungkin akulah yang sepantasnya dipersalahkan atas semua keadaan ini. Kalau sekarang kamu bertanya bagaimana perasaanku? Aku akan menjawab bahwa aku sungguh kehilangan akan sosokmu. Dan betapa sakitnya kehilangan itu. Itulah mengapa aku sangat membenci perpisahan.

Jangan pernah menyalahkan aku karena aku merindukanmu. Merindukan saat-saat kita tertawa hanya karna sesuatu yang menurut orang lain tidak lucu. Merindukanmu saat aku benar-benar merasa butuh seseorang untuk menopang beratnya isi kepalaku. Merindukan kamu yang hanya dengan mendengarkan atau bahkan hanya duduk disampingku dalam diam tanpa mengatakan apapun saja sudah mengusir penat yang aku rasakan. Ahh aku merindukan semua kehangatan yang pernah aku rasakan dulu. Tapi aku akan berusaha menerima semuanya. Menerima perubahan. Karna apapun yang terjadi kamu tetaplah sosok yang pernah mengisi hari-hariku dulu. Yang sangat peduli dan mengerti akan semua keadaan dan perasaanku. Dan aku sangat berterima kasih akan semua itu. Sangat.

This is my first time I wrote my story.

And this is for you, someone who care of me.

Thanks for everything and every time you gave me.

1304290010

Baca Sebelumnya

Lama-kelamaan perasaan tentang sesuatu yang aneh itu semakin besar. Aku mulai menerka-nerka tentang sosok wanita dalam ceritamu itu. Semua ceritamu begitu saja meluncur bebas dalam otakku. Semua saling berhubungan dan menuju ke ujung yang sama. Banyak pertanyaan di kepalaku apakah itu mungkin? Apakah itu benar? Bagaimana mungkin bisa? Ahh semua pertanyaan itu terus berputar seperti permainan yoyo yang terus berputar pada porosnya tapi tidak akan terlepas dari genggaman.

Rasa takut mulai menggelayuti hati dan pikiranku. Aku berusaha mengelak akan semua pikiran itu, tapi semakin aku mengelak maka rasa takut itu semakin menang atas kuasa otakku. Aku tidak sanggup untuk menyimpan rasa penasaran ini lama-lama. Aku memutuskan untuk sekali lagi menanyakan tentang wanita itu kepadamu dan harus mendapat jawaban atas semuanya hari itu juga. Namun eperti sebelum-sebelumnya kamu terdiam, tersenyum dan tetap tidak menjawab. Kamu sangat tau bagaimana sifatku. Aku tidak akan diam sampai mengetahui apa yang membuatku begitu penasaran. Aku tidak tahan dengan semua pertanyaan yang mulai berhasil menyelimuti pikiranku.

Aku mulai muak karna tidak mendapat jawaban seperti yang aku inginkan. Aku tidak suka terbelenggu oleh rasa penasaran. Kau sangat tau itu! Aku marah. Aku berjalan meninggalkanmu sendiri. Aku tidak peduli lagi akan semuanya. Tentangmu atau tentang wanita itu. Tapi tiba-tiba hal aku takutkan terjadi.

Kamu menarik tanganku, membalikkan tubuhku dan berkata “Kamu! Kamulah wanita itu! Kamulah wanita yang menarik perhatianku selama ini. Kamulah sosok wanita yang slama ini ada dalam semua cerita-cerita yang aku ceritakan kepadamu. Ya itu kamu !”

Kamu tau bagaimana rasanya saat kamu mengatakan hal itu? Seketika kakiku melemas, rasanya tak sanggup lagi membopong badanku. Seketika semua bayangan ceritamu berputar bebas dalam memori otakku. Inilah yang aku selama ini aku hindari. Situasi seperti nilah yang paling aku takutkan dalam kedekatan kita selama ini.

“Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa aku?”, hanya itulah kalimat yang bisa aku rangkai saat itu.

“Aku juga tidak tau mengapa ini bisa terjadi? Aku tau aku masih menjadi seorang lelaki yang memiliki seorang kekasih. Aku sangat tau itu. Tapi hatiku telah berkata dan memilihmu mengisi didalamnya. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku sudah berusaha untuk tidak memikirkanmu, tapi semakin aku berusaha maka semakin sering pula kamu hadir dalam pikiranku”, katamu sambil menatapku dengan dalam. Tatapan itu. Tatapan itu seolah memiliki banyak beban didalamnya, tatapan yang seolah meminta tolong untuk melepaskan si empunya untuk terlepas dari sebuah masalah cinta yang terkadang tidak bisa dikendalikan kapan datangnya.

Aku hanya bisa diam. Aku kehilangan semua kata yang biasanya dengan mudah meluncur dari bibirku. Kamu tau apa yang aku pikirkan saat itu? Aku berfikir bagaimana mungkin seorang yang sudah aku anggap sebagai kakak mengatakan bahwa mencintaiku. Cinta. Ya cinta, hal yang belum aku mengerti apa itu dan seperti apa bentuknya. Hal yang menurut orang lain indah, tapi aku tidak tahu seberapa indah itu. Bagaimana sebuah cinta yang “katanya” indah bisa menjadi serumit ini?

Baca Selanjutnya Aku, Kamu dan Perubahan (Part 3)

Semua telah berubah setelah hadirnya perasaan yang tak biasa itu. Aku tidak tau siapakah diantara kita yang pantas untuk disalahkan. Mungkin akulah yang salah, atau malah waktu dan keadaanlah yang sepatutnya disalahkan. Sungguh aku tidak tau.

Awalnya aku hanya mengenalmu sekilas saja hanya sepintas lalu. Tidak ada yang tergolong istimewa untuk diamati dari sosokmu atau sekedar mampir di otakku saja tidak pernah sekalipun. Perkenalan awal kita tidak terlalu menarik untuk diingat atau bahkan diceritakan. Hanya karna kita duduk berdampingan pada sebuah acara, kita mulai saling bertegur sapa, kemudian berbicara dan tertawa. Tapi entah mengapa aku langsung merasakan kenyamanan saat denganmu, saat bersamamu, dan saat didekatmu. Seakan kita telah mengenal sejak lama. Jauh sebelum hari itu. Apa kau juga merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan?

Semua berjalan biasa saja dan kita menikmati kedekatan yang entah disebut apa. Teman? Kita tau bahwa kita lebih dari sekedar teman biasa. Dari dulu aku menginginkan mempunyai seorang kakak lelaki, karna aku pikir kakak lelaki itu akan lebih asik jika dibanding dengan seorang kakak perempuan. Dan entah mengapa aku merasa menemukan seorang kakak lelaki dalam dirimu. Seorang kakak lelaki yang akan melindungiku, yang dapat aku andalkan. Aku merasa menemukan seorang sahabat lelaki. Seorang sahabat yang akan selalu mau mendengar semua keluhku, mengerti apa yanga aku rasakan, dan saling bercerita tentang apapun yang kita inginkan. Aku merasa sudah cukup mengenalmu. Demikian juga dirimu yang sudah hafal bagaimana sifat dan kesukaanku.

Suatu hari kamu mulai bercerita bahwa ada sosok seorang wanita lain yang menarik perhatianmu. Padahal waktu itu kamu masih bersama dengan seorang wanita yang berstatus kekasihmu. Beberapa kali kamu menanyakan apa pendapatku? Dan apa yang harus kamu lakukan?. Dan aku pun memberikan jawaban yang menurutku sangat relevan untuk posisimu sebagai orang yang masih berstatus kekasih dari seorang wanita. Aku slalu mendengarkan semua ceritamu tentang sosok wanita lain yang “berhasil” menarik perhatianmu itu. Dan saat itulah aku merasa ada sesuatu yang aneh. Tapi aku belum berhasil menemukan sesuatu aneh apa itu.

Aku mulai bertanya kepadamu siapa dia? Apakah aku mengenalnya? Seperti apa dia? Dan sehebat apa dia hingga membuatmu meluangkan hatimu terisi olehnya. Namun sebanyak apapun aku melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu kepadamu maka sebanyak itu pula kamu slalu mengelak dan menjawab semua pertanyaanku dengan sebuah senyum simpul saja. Oiyaa juga sebuah jawaban yang semakin membuatku penasaran yaitu “pada saatnya nanti kamu akan tau siapa dia”. Jawaban macam apa itu? Sebuah jawaban yang tidak menjawab satu pertanyaan sekalipun.

Aku tau ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Aku sangat tau itu.

Baca Selanjutnya Aku, Kamu dan Perubahan (Part 2)

Expression of Hearts

The Author

Popular Posts

Archives

Tags

Pages views

Visitor

Keep Connect

Translate Laguage